Halo, sobat pembelajar di gurubasuki.blogspot.com!
Sering dengar kata "coding" atau "programming"? Apa yang pertama kali kebayang? Pasti layar hitam dengan tulisan hijau-hijau rumit yang bikin pusing, kan? 😅 Tenang... sebenarnya, inti dari coding itu bukan soal hafal perintah-perintah aneh, tapi soal logika dan urutan.
Nah, sebelum kita beneran "ngoding" pakai bahasa komputer (kayak Python, Java, atau C++), ada satu alat bantu super keren yang namanya Pseudocode (bacanya: su-do-kot).
Hari ini, kita akan bahas tuntas apa itu pseudocode, kenapa ini penting, dan (ini yang seru!) kita akan pakai contoh nyata dari lingkungan kita sendiri, Jurusan APHP SMK Negeri 1 Kedawung Sragen!
Apa Sih Pseudocode Itu?
Gampangnya gini:
Pseudo artinya "semu" atau "palsu".
Code artinya "kode".
Jadi, Pseudocode adalah "kode palsu".
Ini bukan bahasa pemrograman beneran. Kita nggak bisa run pseudocode di komputer. Terus buat apa, dong?
Analogi Resep Masak 🍳
Bayangkan pseudocode itu kayak resep masakan atau SOP (Standar Operasional Prosedur) yang biasa kalian pakai di lab APHP.
Kalau resep masakan cuma bilang, "Masak ayam sampai matang," itu terlalu umum (kayak bahasa manusia).
Kalau resepnya pakai bahasa kimia murni (misalnya, "Panaskan hingga terjadi reaksi Maillard pada suhu 140°C..."), itu terlalu rumit (kayak bahasa komputer/mesin).
Nah, pseudocode itu ada di tengah-tengah. Dia kayak resep yang jelas dan terstruktur, tapi tetap pakai bahasa yang kita ngerti. Contoh:
Siapkan ayam dan bumbu.
Jika bumbu belum halus, maka haluskan dulu.
Masukkan ayam ke wajan.
Tambahkan bumbu.
Masak dengan api sedang selama 20 menit.
Selesai.
Lihat? Jelas, urut, dan ada logikanya (pakai Jika...Maka...). Inilah yang disebut "dekat dengan bahasa komputer" tapi masih bisa dibaca manusia.
Kenapa Harus Repot Pakai Pseudocode?
Kenapa nggak langsung aja nulis pakai bahasa komputer?
Begini, Sob. Masalah terbesar pemula saat ngoding itu biasanya ada dua:
Pusing mikirin logika-nya (urutannya harus gimana).
Pusing mikirin aturan bahasanya (titik koma, kurung kurawal, spasi, dll.).
Pseudocode membantu kita menyelesaikan masalah nomor 1 dulu. Kita fokus 100% mikirin alur atau logikanya sampai benar. Kita nggak perlu pusing mikirin, "Eh, ini harus pakai titik koma atau nggak?" atau "Perintah untuk nampilin di layar itu print atau echo ya?"
Kalau logikanya (resepnya) sudah pas, menerjemahkannya ke bahasa pemrograman apa pun jadi jauuuh lebih gampang!
Studi Kasus: Anak APHP Nentuin Kualitas Buah!
Oke, kita masuk ke contoh nyata. Bayangkan anak-anak APHP SMK N 1 Kedawung lagi ditugasi menyortir buah mangga untuk menentukan gradenya.
Kita bikin aturan sederhana (logika) dulu:
Grade Super: Jika berat mangga di atas 500 gram DAN kondisinya "Mulus".
Grade A: Jika berat mangga antara 300-500 gram DAN kondisinya "Mulus".
Grade Afkir/Jelek: Selain dari dua kondisi di atas (misalnya beratnya ringan ATAU kondisinya "Cacat").
Nah, gimana cara kita nulis "resep" atau pseudocode untuk program komputer yang bisa bantu kita sortir otomatis?
Ini Dia Contoh Pseudocode-nya
Cuplikan kode
MULAI PROGRAM
// Bagian 1: Meminta data ke operator
TANYA: "Berapa berat mangga (gram)?"
BACA input_berat
TANYA: "Bagaimana kondisi mangga (Mulus/Cacat)?"
BACA input_kondisi
// Bagian 2: Proses Logika (Inti Program)
JIKA (input_berat > 500) DAN (input_kondisi == "Mulus") MAKA
SET grade = "Grade Super"
LAINNYA JIKA (input_berat >= 300) DAN (input_kondisi == "Mulus") MAKA
SET grade = "Grade A"
LAINNYA MAKA
SET grade = "Grade Afkir"
SELESAI JIKA
// Bagian 3: Menampilkan hasil
CETAK "Hasil Sortir: " + grade
SELESAI PROGRAM
Yuk, Kita Bedah Resepnya!
Gimana, pusing nggak? Nggak, kan! Jelas banget alurnya. Mari kita bedah:
MULAI dan SELESAI: Ini kayak penanda kita mau mulai dan mengakhiri sebuah proses.
BACA input_berat: Ini perintah untuk menerima masukan dari pengguna. Di dunia nyata, ini kayak kita menimbang mangganya pakai timbangan digital.
BACA input_kondisi: Sama, ini kita melihat kondisi mangganya.
JIKA ... MAKA ... (IF ... THEN ...): Ini adalah "jantung" dari logika! Ini persis kayak SOP di lab. "JIKA suhu sudah 100°C, MAKA matikan pemanas."
LAINNYA JIKA ... (ELSE IF ...): Ini adalah pilihan kedua. "Oke, kalau bukan Grade Super, coba cek lagi, apakah dia masuk Grade A?"
LAINNYA ... (ELSE ...): Ini adalah pilihan terakhir. "Kalau bukan Super DAN bukan Grade A, MAKA ya sudah, pasti dia Grade Afkir."
CETAK ...: Ini perintah untuk menampilkan hasil ke layar monitor. Kayak kita menempelkan stiker "Grade A" di keranjang mangganya.
Lihat? Kata-kata kayak JIKA, MAKA, LAINNYA, BACA, CETAK itu adalah kata-kata yang "dekat" dengan bahasa komputer. Hampir semua bahasa pemrograman pasti punya perintah yang artinya sama dengan kata-kata itu.
Dengan membuat pseudocode ini dulu, kita jadi tahu persis alur program kita. Nanti, kalau mau dibikin pakai Python, ya tinggal ganti JIKA jadi if, CETAK jadi print(). Gampang!
Penutup
Jadi, pseudocode adalah jembatan super penting antara ide di kepala kita dan kode di komputer. Ini adalah blueprint, coretan, atau resep sebelum kita "masak" beneran.
Buat teman-teman di APHP atau jurusan lain, jangan takut sama coding. Pada dasarnya, kalian setiap hari sudah melakukan "coding" dalam bentuk SOP, urutan kerja, dan logika pengecekan kualitas. Pseudocode cuma cara menuliskannya agar lebih terstruktur.
Gimana, sudah mulai kebayang?
Punya ide lain? Kira-kira, proses apa lagi di lab APHP (misalnya bikin yoghurt, nata de coco, atau pasteurisasi) yang bisa dibikinin pseudocode-nya?
Coba tulis ide kamu di kolom komentar di bawah ya! Diskusi yuk!
Jangan lupa juga mampir ke postingan-postingan lain di blog gurubasuki.blogspot.com ini untuk dapat tips dan materi seru lainnya.
Salam pembelajar! 👋

Tidak ada komentar:
Posting Komentar